Rabu, 24 Februari 2010

Upaya MAN 2 Batam Siasati Keterbatasan Sarana

Praktek Numpang di MTs


Madrasah Aliayah Negeri (MAN) 2 Batam, merupakan salah satu sekolah Islam yang tahun ini akan meluluskan siswanya di Ujian Nasional (UN) berjumlah 48 peserta. Meski dilihat fasilitas dimiliki sangat terbatas, namun bagi para siswa, guru dan kepala sekolah bukan menjadi halangan untuk berprestasi. Karena mereka pandai menyiasatinya dengan cara memanfaatkan menumpang fasilitas yang dimiliki MTs Negeri Batam yang satu lingkingan dengan sekolahnya.

Selain kekurangan fasilitas, labolatorium, perpustakaan, ruang kelas baru dan tempat ibadah, MAN 2 ini juga masih kekurangan tenaga pengajar (guru). Terutama guru untuk bidang studi umum, seperti Matematika dan IPA. Meski semua itu bisa disiasati, namun tetap saja dalam proses belajar mengajar (PBM) untuk kedua mata pelajaran tersebut dirasakan kurang maksimal. Misalnya ketika try out bersama yang digelar Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Kepri belum lama ini, perolehan nilai try out kurang memuaskan alias jeblok, terutama jatuh pada pelajaran Matematika dan IPA.

"Pada try out Pelajaran IPA yang jatuh sekali, karena kita tidak memiliki lab, padahal untuk mengamplikasikan materi IPA itu harus di praktekan di dalam Labor. Meski guru telah menyiasati dengan membawa mediasi alat praktek ke kelas, masih saja kurang mengenai sasaran yang kita inginkan," ujar Kepala Sekolah MAN 2 Batam, Ulfa Ismiyati, S.Pd, saat Tim Fokus Pendidikan Sijori Mandiri menjambangi MAN 2 Batam beberapa hari lalu.

Dijelaskan Ulfa, bila pelaksanaan PBM di MAN 2 Batam cukup padat, malah agar waktu belajar siswa lebih panjang pihaknya memberlakukan jam belajar dimulai 6.30 WIB hingga 14.30 WIB. Upaya ini, kata Ulfa dalam rangka menambah jam pelajaran untuk pembahasan materi mata pelajaran yang akan di UN-kan. Hal ini Ulfa terapkan dalam upaya kiat-kiat membina anak didiknya agar menjadi siswa terbaik dalam pencapaian hasil UN. Setidaknya hasil nilai UN lebih baik lagi dari perolehan try out.

Meski hasil try out bersama Disdik kurang memuaskan, namun Ulfa merasa bangga karena murni hasil dari siswanya, malah dari hasil tersebut kata Ulfa, dirinya bersama para guru bisa mengevaluasi dan dijadikan spirit serta motivasi bagi anak didiknya supaya bisa lebih baik lagi dalam mempersiapkan diri menghadapi UN mendatang. Hal ini dapat terlihat dari perkembangan selanjutnya ketika antar madrasah mengadakan try out bersama, perolehan nilai siswanya cukup mengembirakan hampir lulus try out semuanya.

"Motivasi belajar anak didik cukup meningkat, mereka bersemangat belajar untuk mengejar ketertinggalan. Ya kita harapkan anak didik kita bisa lulus semuanya, meski baru pertama kali menjadi peserta UN," kata Ulfa berharap.

Menurutnya, hasil try out belum menjadi gambaran bahwa siswa tidak mampu. Karena ia menilai, banyak faktor yang mengakibatkan siswa gagal pada try out. Yakni, karena pengalaman pertama siswa sehingga masih memungkinkan cara menjawab siswa banyak salah tarsir. Dan inilah kata dia fungsinya try out menjadi bahan evaluasi. Di mana kelemahan murid, apakah kesalahan tarsir, atau kemampuan materi yang belum terpenuhi, kata Ulfa. Dan ia merasa optimis, pada try out kedua nanti hasilnya akan lebih meningkat dari yang pertama. Saat ini, dirinya juga selain mengesa materi UN juga sedang menyiapkan mental para siswa.

Selaku kepala sekolah, Ulfa memang punya aturan dalam menerapkan kedisiplinan kepada siswa dan guru dalam PBM, ia pun selalu memantau kegiatan setiap hari terutama untuk kelas akhir. Ia sendiri meski kepala sekolah, ikut memberikan pelajaran kepada siswanya dengan harapan semua siswa bisa tuntas dalam menerima pelajaran. Ulfa juga merupakan sosok kepala sekolah yang cukup terbuka dan kerap berkonsultasi dengan komite dalam pelaksanaan PBM, agar mendapat dukungan setiap program yang dijalankan pihak sekolah dengan tujuan MAN 2 Batam ini dapat maju seperti sekolah lainnya. "Prestasi non akademik cukup banyak diraih para siswa MAN 2 Batam ini, baik bidang olahraga, MTQ, dan bidang lainnya selalu meraih juara," kata Ulga lagi menandaskan. (arment)

200 Guru dan Kepala Sekolah Bakal Dibekali Sertifikat Kompetensi



200 Guru dan Kepala Sekolah 
Bakal Dibekali Sertifikat Kompetensi

Sijori Mandiri - Sebanyak 200 guru dan Kepala Sekolah di Batam akan dibekali sertifikat kualifikasi dan kompetensi agar mencukupi dalam mengajar di sekolah. Pembekalan kompetensi ini dialaksanakn pada bulan Pebruari kerjasama antara Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Batam dan PGRI bersama Yayasan Pengembangan & Pembinaan Pendidikan Nusantara. tahap awal pembekalan ini hanya membina 200 guru SD yang dijadikan pilot project keberhasilan dari program ini. Namun kedepannya seluruh guru di Batam akan ikut dalam program ini.

Pimpinan Yayasan Pengembangan & Pembinaan Pendidikan Nusantara (YP3N) , Ir HM Taufik Hazairin MM, menyatakan pembekalan Kompetensi guru ini agar proses belajar mengajar lebih terarah lagi dalam penyampain materi, terutama dalam mempersiapkan UASBN, MTK, Sain, dan bahasa Indonesia. Pembekalan kompetensi guru ini, akan dibina dosen berpengalaman YP3N bekerjasama dengan UPI Bandung dan Universitas Jakarta.

Sejauh ini menurut Taufik, kurikulum yang diterapkan cukup bagus, hanya saja belum bisa dibuktikan sebatas mana kurikulum tersebut penerapannya. Hal ini dikarenakan, masih ditemukan guru yang kurang berkompeten yang mengajar tidak sesuai rool yang telah ditentukan. Terutama para guru di daerah hinterland, mereka belum paham akan manajemen mutu pendidikan.

"Sejauh ini kalau saya lihat guru tersertifikasi, tapi pola mengajar belum ada perubahan. Sertifikasi yang ia dapat itu hanya sebatas formal admistrasi saja tidak sesaui dengan harapan," ujar taufik.

Disadari Taufik, keberhasilan program yang diterapkannya itu (kompetensi-red) tidak semerta-merta terlihat langsung peningkatan perubahannya. Karena kata dia, mendidik manusia itu perlu waktu. Namun langkah ini merupakan awal upaya dalam peningkatan proses mengajara, berhasil tidaknya tergantung motivasi personel gurunya itu sendiri.

Pasalnya kata dia, program ini untuk bekal ilmu pengetahuan guru sesuai bidang dan kompetensinya. Apalagi sejauh ini terkait teknologi, masih banyak guru yang belum melek teknologi. Dengan demikian, tidak hanya cukup guru itu dengan seminar-seminar pendidikan tentang teknologi yang perlu dilaksanakan. Tapi, belajar secara mandiri juga diperlukan untuk mengejar ketertinggalan, dalam hal ini adalah teknologi informasi. Makanya dalam pembekalan kompetensi nanti akan mengakomodir semuanya.

"Sewajarnya bila tenaga pendidik untuk mata pelajaran apa pun, dituntut mampu menguasai ilmu teknologi informasi dan komunikasi. Dengan demikian, paling tidak guru telah berupaya mewujudkan proses menuju profesionalisme, yang salah satunya adalah mampu mengikuti (tidak tertinggal) arus perkembangan informasi di masyarakat," jelasnya.(arment)

Aliyah Berhasil Sabet Juara II Guru Teladan Tingkat Nasional

Provinsi Kepri boleh merasa berbangga hati, karena salah seorang guru telah berhasil mencatat prestasi nasional awal tahun 2010 ini. Apalagi prestasi yang diraih ini patut dibanggakan oleh masyarakat Provinsi Kepri, karena untuk mendapatkan predikat guru teladan nasional tidak mudah harus mampu menggeser ratusan ribu guru lainnya tentunya dengan kemampuan, disiplin dan profesionalisme yang prima.

Menteri Agama dan Menteri Pendidikan Nasional, telah menobatkan salah seorang guru bahasa Indonesia yang mengajar di MTsN Batam bernama Aliayah SPd. Ia berhasil menjadi juara II Guru Teladan Tingkat Nasional yang telah dianugerahkan pada 3 Januari 2010 kemarin.

Sama dengan utusan dari provinsi lainnya, sebelum ketingkat nasional Aliyah berhasil melewati berbagai proses seleksi, mulai pada tingkat Kota Batam, tingkat Provinsi, hingga ketingkat nasional. Seperti seleksi tingkat nasional ini, tes mulai dari seleksi fortopolio, wawancara, dan presentase karya tulisnya.

Saat di wawcarai Sijori Mandiri, ia menyatakan rasa bersyukur kepada Allah dan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung, dengan harapan dirinya bisa mengembangkan amanat dan membawa kebaikan untuk peningkatkan kinerja dan kualitas pendidikan. Karena disadari Aliyah, bahwa keberhasilan yang ia peroleh itu merupakan keberhasilan bersama. Karena kata dia, tanpa ada dukungan dari semua pihak tak mungkin ia bisa memperoleh prestasi sebaik itu.

Bagi Aliyah sendiri, predikat guru teladan tingkat nasional ini , merupakan beban moral berat yang harus ia jalani. Karena segala tindak tanduk yang ia lakukan akan dijadikan tolak ukur harus sejalan dengan gelar yang telah ia sandang itu. "Jadi bukan sekedar teoritis saja. Melainkan harus dibuktikan dengan sikap sesuai dengan status guru teladan tersebut. Malah saya merasa tertantang untuk memberikan yang terbaik bagi kemajuan pendidikan dan prestasi anak didik.

Untuk itu Aliyah juga menginginkan kawan-kawan se profesinya itu bisa menjadi guru teladan tingkat nasional, jangan kalah dari daerah lain," ujarnya disela-sela kesibukannya mengajar bahasa Indonesia di sekolahnya MTsN Batam. (arment)

Mengisi Liburan Semester K3S Moro dan Durai Adakan Study Tour

Dalam rangka mengisi libur semester ganjil serta menambah wawasan tentang sejarah Melayu, UPT Dinas Pendidikan (Diknas) Kecamatan Moro dan Duari bersama Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) mengadakan study tour ke Singapura dan Malaysia. Studi tour yang ikuti kurang lebih 35 kepala sekolah SD di dua kecamatan itu, dipandu langsung Diruktor Tour & Travel Telaga Indah Permai Batam, Budianto. Para rombongan saat itu menginap di Malaysi selama 4 hari 3 malam menjelajahi situs-situs bersejarah di negara tersebut.

Studi tour ini selain untuk refresing/penyegaran bagi kinerja para kepala sekolah, juga menambah pengetahuan dan pelajaran cara menjaga lingkungan bersih dan sehat. Pasalnya lokasi yang mereka lalui itu, mencerminkan lingkungn yang bersih, sehat dan asri. Apalagi para kepala sekolah ini sempat berkunjung kepada salah satu sekolah di Malaysia yang cukup asri dan bersih. Kendati saat itu sekolah di Malaysia ini sedang liburan, tapi kebersihan tetap terjadi dengan baik.

Menurut Kepala UPT Diknas Kecamatan Moro dan Durai, Azwaruddin, SS, kalau perjalanan studi tour ini selain refresing juga untuk menambah wawasan para guru dan Kepala Sekolah sebagai lawatan sejarah. Karena tempat-tempat yang dikunjungi kebanyak tempat bersejarah Melayu. Diyakininya, bila tempat yang mereka kunjungi itu masih berhubungan dengan pendidikan. Sehingga Guru dan kepala sekolah yang mengikuti study tour ini, bisa membagi cerita dan pengetahuan yang mereka dapat kepada guru lain dan anak didiknya.

"Untuk dana studi tour ini murni biaya mereka masing-masing yang dikumpulkan selama 3 tahun. Karena sejauh ini mereka tidak pernah bepergian, setelah tiga tahun studi banding ke SDN 001 di Yogya. Diharapkan dengan adanya studi banding atau studi tour ini, bisa dijadikan tolak ukur untuk peningkatan mutu pendidikan di Moro dan Durai ini," ujar Azwaruddin. Seraya menyatakan kalau lawatan sejarah tersebut, turut serta Kepala Diknas Kabupaten Karimun, Haris Fadillah.

Lebih rinci Azwaruddin juga menjelaskan, sejauh ini sekolah yang telah berdiri di kecamatan Moro sebanyak 21 SD dan 2 SMP ditambah 6 SMP yang satu atap, serta 1 SMK dan 1 SMK. Namun yang baru berstatus SSN hanya SDN 001 dan SMPN 01 saja. Selebihnya akan ditargetkan tahun 2010 ini bisa SSN semuanya. Sedangkan untuk kecamatan Durai baru berdiri hanya 6 sekolah SD, 3 sekolah SMP dan 1 sekolah SMA.

Sementara Ketua Rombangan, Hanan Spdi, yang merupakan Kepala Sekolah SDN 001 Moro, menyatakan studi tour ini sngat bermanfaat sekali dalam pencerahan para kepala sekolah yang selama enam bulan berkutat mengatur manajemen sekolah. Namun disamping itu, manfaat yang didapat lebih memperluas wawasan sejarah dan pengetahuan dalam meningkatkan pola penerapan hidup bersih yang dilakukan di negara tetangga tesebut. (sm/arment)

SMKN 2 Batam Bekali Sertifikat TOEIC

SMKN 2 Batam Bekali Sertifikat TOEIC


Tuntutan dunia pendidikan sepertinya semakin berat setiap tahun. Bahkan ditargetkan tahun 2010 ini, khususnya bagi lulusan SMK harus memiliki TOEIC (Test of English for International Communication) dengan nilai minimal 400. TOEIC ini merupakan syarat lulusan SMK, agar bisa memahami bahasa Inggeris dengan baik. Maka dengan TOEIC ini, suatu pilihan perusahaan nanti untuk menguji kecakapan bahasa Inggris bagi para lulusan SMK yang dibekali melalui sertifikat oleh pihak sekolah.

"Pandai tidaknya lulusan SMK ini dalam pemahaman bahasa Inggris akan tergambar dalam sertifikat TOEIC ini. Karena mulai tahun 2010 ini Direktorat Pendidikan Menengah dan Kejuruan (DikMenJur) membuat kebijakan bagi siswa SMK Negeri yang duduk di kelas 3 harus mengikuti test TOEIC sebagai bekal mereka untuk masuk ke dunia kerja. Begitu pula standar yang ditetapkan memang tidak terlalu tinggi, skor minimal adalah 400," ujar guru Bahasa Inggeris kelas III, SMKN 2 Batam, Devi Yanti SPd, usai menyelenggarakan tes TOEIC bagi siswa kelas III.

Dijelaskan Devi, soal yang diberikan untuk tes TOEIC ini sebanyak 200 soal pilihan ganda dibuat berdasarkan standar acuan Bisnis Pariwisata (Bispar) bagi siswa SMK. Ke 200 soal tersebut berdurasi dua jam, diantaranya listening (mendengarkan) pertanyaan 100 soal yang diatur melalui audio-cassette dan reading (membaca) menjawab 100 lagi. Untuk pertanyaan listening maupun reading dilakukan secara terpisah dalam suatu skala dari 5 sampai 495 poin-poin. Sedangkan total score diberikan antara 10 dan 990 poin-poin.

"Dengan adanya istem pembelajaran TOEIC di SMK ini, maka lulusan SMK akan memiliki kualitas yang standart untuk memasuki dunia kerja. Jadi bukan hanya dalam lingkungan nasional tetapi juga di lingkungan Intenasional," ujar Devi.

Dinilainya, kebijakan ini sangat baik bisa melihat kemampuan bahasa Inggris siswa terutama dalam listening. Namun untuk siswa kelas I dan Kelas II juga diterapkan hal yang sama, hanya saja masih dalam tahapan elementri. Berbeda untuk kelas III sudah mengarah ketingkat advance. Makanya perkelas kita telah dipasilitasi satu tipe, sekarang malah masing-masing kelas telahmemiliki tipe.

Mutu Guru Lebih Ditingkatkan

Sementara menurut Kepala Sekolah SMPN 34 Batam yang juga pernah menjadi Waka Kurikulum RSBI di SMPN 6 Batam, Drs Herizon, agar mutu TOEIC lebih bagus, maka mutu gurunya yang lebih dulu ditingkatkan. Karena kata dia, bagaimana bisa meningkatkan mutu TOEIC siswa bila mutu gurunya sendiri masih minim. Disarankan Herizon, sebaiknya gurunya yang mengajar bahasa Inggeris juga harus memiliki skor TOEIC minimal 700 bila anak didik diharuskan TOEIC 400.

Maka dari itu kata Herizon, untuk mengetahui kemampuan guru ini, terlebih dahulu dilakukan tes kemampuan TOEIC yang kisaran skornya antara 10 sampai 990, dengan 200 soal yang diberikan. Tes terhadap guru bahasa Inggeris ini, Sifatnya hanya melihat seberapa besar kemampuan guru memahami bahasa Inggeris ini. Karena inilah kata dia, yang menjadikan acuan bagi sekolah untuk meningkatkan mutu guru bahasa Inggeris dalam mengajar siswanya.


"TOEFL atau International English Language Testing System (IELTS) ini merupakan patokan yang banyak dipakai untuk menguji kemampuan bahasa Inggris seseorang. Sesaui namanya Test of English for International Communication, berarti kemampuan bahasa Inggerisnya sudah teruji. Terlebih lagi bagi guru yang mengajar di RSBI/SBI wajib hukumnya melakukan guru memiliki TOEIC minimal 700 itu," kata Herizon menandaskan. (sm/aa)

Try Out UN

Hari Pertama Try Out Kedua Digelar Berjalan lancar
 Soal Lebih Mudah Sesuai SKL

Para peserta Ujian Nasional (UN) Kelas 3 sekolah lanjutan tingkat SMP, SMA/SMK, Senin (22/2), mengikuti try out kedua secara serentak di masing-masing sekolah. Misi diadakannya try out kedua ini sebagai parameter untuk mengukur kesiapan siswa menghadapi UN yang sesungguhnya. Karena pada try out pertama, hasil perolehan nilai peserta UN sangat memprihatinkan alias jeblok, karena bentuk yang diberikan tingkat kesulitannya cukup tinggi dan sebagaian tidak mengacu ke standar kompetisi kelulusan (SKL) .

Berbeda pada try out kedua kali ini, meskibelum terlihat hasilnya. Namun dari pengakuaan beberapa siswa, soal yang dikerjakan seperti bahasa Indonesia cukup mudah dan sangat mendekati SKL sesuai yang diajarkan dalam pemantapan di sekolahnya. Tidak sedikit para peserta try out mersa puas dengan soal yang dikerjakan, malah diantara mereka lebih cepat mengerjakan soal-soal dari waktu yang disedikan pihak sekolah. Seperti pengakuan dari Nurfitri Aprilia dan Riky Sepriady, siswa SMKN 2 Batam, keduanya mengaku tak mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal-soal bahasa Indonesia yang berjumlah 50 soal itu. Malah kata Nurfitri, dirinya merasa yakin bisa mengerjakan soal dengan benar sebanyak 40 soal. "Saya yakin 40 soal bisa dijawab dengan benar, namun sisanya 10 soal lagi masih ragu-ragu," ujarnya usai try out pelajaran bahasa Indonesia di sekolahnya, Senin (22/2).

Menurut Nurfitri, soal dalam try out hampir semuanya diajarkan dalam pemantapan di sekolah. Hanya saja kata dia, mengerjakan soal bahasa Indonesia ini harus lebih teliti karena banyak yang menjebak hampir semua jawaban benar. Meski Nurfitri mengaku ketika try out pertama mendapat nilai 62, namun ia belum merasa puas, bila perlu katanya pada try out kedua ini harus lebih besar lagi. "Walau try out kedua ini bukan penentu UN, tapi pingin dong nilainya lebih baik lagi dari try out pertama. Dengan demikian, berarti kita telah siap menghadapi UN ini," katanya.

Pengakuan yang sama juga dilontarkan siswa SMPN 29 Batam, Ifati Berkat Eka Prasetya, kalau try out kedua ini soal-soal lebih mudah dan sesuai dengan yang diajarkan sekolah. Hanya saja ada beberapa soal yang membingungkan karena terlalau panjang dan jawabannya hampir benar semuanya. Namun demikian Ifati merasa dirinya mampuh menyelesaikan soal-soal ini dengan baik dan benar.


Baik try out pertama maupun kedua yang digelar Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Ini merupakan kerjasama Badan Standarisasi Nasional Pusat (BSNP) selaku pembuat soal. Hal ini dilakukan dalam upaya melihat kesiapan siswa dalam mengahadapi UN, serta membiasakan siswa mengisi lembar jawaban komputer (LKJ) dan menjawab soal-soal yang di UN-kan. Meski ini merupakan try out, Disdik Kota Batam, telah menurunkan Tim Pengawasan try out untuk memantau langsung jalannya try out ini. Karena ia ingin try out benar-benar serius dilakukan pihak sekolah, agar hasilnya lebih maksimal ketika manghadapi UN yang sebenarnya.

Menurut Kepala Disdik Kota Batam, Drs H Muslim Bidin, meskipun pelaksanaan ujian diserahkan sepenuhnya kepada Disdik kota Batam, tapi master soal try out tetap dari dibuat oleh Disdik Provinsi.Sedangkan untuk penggandaan soal-soal ujian tersebut dilakukan oleh pihak sekolah masing-masing.

Lebih lanjut Muslim menjelaskan, dengan digelarnya kegiatan uji coba UN (try out-red) ini, setidaknya dapat melatih para siswa, karena soal-soal yang diberikan telah disesuikan dan berdasarkan Standar UN. Dari uji coba tersebut dapat diketahui sejauh mana kemampuan anak dalam menghadapi UN, untuk itu pihak Disdik memberikan kewenngan kepada pihak sekolah untuk memberikan langsung penilaian kepada siswa. Hal tersebut dilakukan untuk menginstrospeksi diri dan mendapat bayangan kesiapan anak untuk UN nanti.


Diakui Muslim, soal try out kedua ini memang lebih mudah dari try out pertama. Tingkat kesulitan soal, kata dia, hanya 20 persen saja dan ini upaya Disdik dalam membiasakan siswa agar terbiasa mengerjakan soal pada tingkat kesulitan. Disamping itu juga sebagai bahan bahasan bagi para pendidik untuk membahas soal-soal dengan siswanya pada pelajaran yang lebih sulit lagi. "Hasil try out ini akan kita evaluasi bersama-sama dengan Disdik Provinsi, nah bila nanti hasilnya tidak ada perubahan dari try out pertama, maka akan kita lakukan pembinaan dan mengambil langkah-langkah tepat menyaiasati UN dengan baik," jelasnya.


Begitu pula kata Muslim bagi siswa yang memperoleh nilai dibawah ketentuan yang telah ditetapkan, dengan adanya tenggang waktu setengah bulan lagi. siswa tersebut dapat dilatih khusus agar benar-benar siap mengikuti UN ini. "Materi soal try out kedua yang diberikan kepada siswa malah lebih mudah tingkat kesulitannya menurun 20 persen. Makanya bila memang siswa masih belum juga ada peningkatan, harus segera kita ambil strategi baru," jelas Muslim lagi.

Pantauan Sijori Mandiri, penyelenggaraan try out dilakukan di SMKN 2 Batam terbagi 9 ruangan kelas. Para siswa terlihat serius mengerjakan soal-soal yang diberikan para pengawasa, sebanyak 168 siswa menjadi peserta Un tahun ini yang terdiri dari siswa jurusan UJP, Perhotelan, dan Akutansi. Kepala Sekolah SMKN 2 Batam, Syahrial SPd, menyatakan bila try out kedua ini soal lebih baik lagi mengacu pada SKL sesuai dengan kisi-kisi UN. Hal ini terlihat ketika siswa mengerjakan soal semuanya bisa diselesaikan dengan baik, bahkan banyak siswa yang cepat keluar meski waktu banyak tersisa.

Diharapkan Syahrial, perolehan nilai try out kedua kali ini ada peningkatan dari try out pertama. "Kita harapkan bisa mencapai 60 persen hasil try out ini, karena melihat dari soal yang mudah serta kesiapan siswa mengerjakan soal. Hal ini dikarenakan guru yang memberikan pemantapan cukup luar biasa, selain di kelas bahkan di luar sekolah seperti dirumah mereka bersedia memberikan materi pada anak didinya," jelas Syahrial penuh optimis. Seraya Syarial mengatakan untuk Un tahun ini pihaknya telah mentargetkan siswanya bisa lulus 95 persen. Hal ini diyakini Syahrial bisa tercapai, karena dari pengalaman UN tahun lalu telah melebihi yang ditargetkan menjadi 98 persen dari target semula 90 persen.

Dalam kesempatan ini Syahrial juga menghimbau, agar para siswa untuk tidak takut menghadapi UN. Was-was kata Syahrial, boleh-boleh saja, asalkan jangan sampai ketakutan dan merasa tertekan menghadapi UN. Justru hal demikian membuat kemampuan diri akan menurun.

Salah seorang guru bahasa Indonesia SMPN 6 Batam, Herlina SPd, usai mengawas try out menyatakan, pelaksanaan try out diberikan kepada siswa dinilanya cukup bagus. Karena ia menganggap semakin banyak siswa mengikuti try out ini, maka semakin lebih mengetahui kemampuan dan kelemahan siswa terhadap mata pelajaran yang diujikan. Meski diakui dia try out soal yang dibuat Disdik Provinsi lebih sulit dibandingkan soal try out dari pihak sekolah maupun tempat bimbingan belajar. Namun hal tersebut kata Herlina, dalam upaya membiasakan siswa mengerjakan soal-soal yang sulit ketika UN nanti. "Tak masalah soal try out sulit, justru kita mendapat gambaran dan pelajaran untuk membiasakan siswa mengerjakan soal yang sulit," kata Herlina menandaskan. (arment)