Kamis, 25 Februari 2010

Pendidikan di Batam Masih Jalan Ditempat

Disdik Perlu Melakukan Pemetaan Permasalah Pendidikan

Berbagai kalangan ketika diminta komentarnya seputar pendidikan di Batam beragam pendapat.  Namun berdasarkan hasil pendapat secara randum dilakukan pada berbagai pelaku pendidikan, mereka menilai,  bila pendidikan di Batam ini masih berjalan ditempat  masih perlu pembenahan dan perbaikan disana sini.  Apalagi sejauh ini masih ditemukan adanya masyarakat yang termajinalkan dengan
layanan pendidikan wajib belajar (Wajar) 9 tahun dan program  pendidikan gratis, masih banyak anak yang putus sekolah dan buta huruf ditemukan di lapangan.

Contoh sederhana saja, tidak sedikit anak dibawah umur berkeliaran  menjadi pengemis jalanan, pengamen, penjual koran, dan menjadi anak jalanan.  Padahal mereka ini,  tergolong anak wajib belajar.  Realita ini tidak bisa dipungkiri, karena kerap ditemukan potret nyata kehidupan anak putus sekolah masih marak dilapangan. Namun sejauh ini pemerintah mengkalim, pihaknya merasa telah berhasil mengulirkan program peningkatan pendidikan ini dengan baik.

Seperti diungkapkan Dosen Perguruan Tinggi di Batam,  Cici Ratnaningsih, SPd, bila persoalan pendidikan yang masih mengiringi pada 2009  lalu dan  hingga sekarang ini.  Salah satunya terkait  banyaknya guru yang belum bersertifikasi guru,  insentif guru yang selalu dipermainkan, kualifikasi guru, ujian nasional (UN), dan kinerja daerah dalam mendukung mutu pendidikan tersebut.

Disarankan Cici, sebaiknya pemerintah Kota Batam segera  mengambil langkah kongkrit dengan melakukan pemetaan masalah pendidikan yang ada.  Karena kata dia, pemetaan masalah pendidikan ini tujuan utamanya untuk menggambarkan kondisi dan data pendidikan di daerah yang sebenarnya. Terlebih lagi untuk layanan pendidikan di hinterland masih butuh perhatian yang besar dari pemerintah Kota Batam yang sejauh ini sangat termarjinalkan.

Padahal sejauh ini dana untuk pendidikan, kata Cici cukup besar dikucurkan di APBD, hanya saja arahnya tak tepat sasaran. Belum lagi adanya dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Block Grant (BG), serta sejumlah alokasi dana bantuan sosial lainnya dalam upaya  peningkatan pendidikan, tapi hasilnya pendidikan masih berjalan di tempat.

Perkataan Cici tadi di benarkan  Pemerhati Pendidikan, Drs H Darlispon, MM. Kata mantan anggota DPRD Provinsi Kepri ini,  melihat dari pemerataan pendidikan  di Batam masih harus perlu di tingkatkan lagi dan masih banyak yang perlu diperbaiki pada tahun 2010 ini. Salah satunya terkait  persoalan sertifikasi guru yang belum berjalan sempurna.  Sejauh ini, dirinya sendiri banyak menerima keluhan dari para guru, karena masih berstatus Ketua Komite di SMPN 10 Batam, terkait keikutsertaannya dalam program sertifikasi. Mereka (para guru-red) memandang, kata Darlispon, sertifikasi ini telah terjadi diskriminasi, karena banyak guru yang masa mengajarnya singkat sudah mendapatkan sertifikasi.  Sementara  guru yang sudah mengajar puluhan tahun belum juga mendapat kesempatan tersertifikasi.  Hal ini dikarenakan faktor politik, kedekatan, dan ikatan saudara dengan  pihak pemangku kebijakan.

"Padahal dalam aturan Peraturan Pemerintah (PP) No 74 sudah jelas bahwa mereka berhak disertifikasi walaupun kualifikasi pendidikannya tidak sarjana. Jadi, ini wajib diprioritaskan lebih dahulu dibandingkan guru-guru yang masa mengajarnya singkat. Jangan karena ada lobi-lobi politik, kedekatan atau ikatan saudara," jelas Darlispon.

Untuk itu, sebaiknya Disdik bisa melihat realita yang ada dan pengaturan kuota sertifikasi guru dapat diperhatikan sehingga berkeadilan bagi para guru. Mereka (guru-red) harus  lebih memperhatikan daftar urutan kepangkatan (DUK) guru.  Hal lain yang menjadi catatan adalah koordinasi dalam program sertifikasi tersebut.

Begitu pula dengan muitu pendidikan yang ada, dikatakan Cici, perlunya ada penataan lebih baik lagi dan Disdik tahu pemetaan pendidkan ditiap wilayah dengan baik . Karena kata dia, dengan dukungan anggaran 20% baik dari pemerintah pusat, provinsi, dan kota Batam , seharusnya kualitas dan mutu pendidikan lebih baik lagi.

Disdik Disarankan Buka Excellent Class

Sementara  untuk meningkatkan mutu pendidikan di Kota Batam sendiri, disarankan Darlispon, agar Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Batam  menerapkan kebijakan kepada setiap sekolah  baik SMP maupun SMA negeri untuk  menerapkan excellent class atau kelas Akselerasi.

Sesuai dengan artinya, kata Darlispon,  kelas akselerasi ini hanya diisi oleh para siswa yang berkualitas atau benar-benar excellent yang bisa cepat menyelesaikan masa studi yang tadinya ditempuh dalam tiga tahun bisa hanya dua tahun saja.  Hal ini sangat efektive, karena siswa yang berprestasi ini waktunya tidak tersita dalam mengembangkan IQ dan potensinya.

"Bagi anak yang sering menjadi juara I terus, harus dikasih kesempatan untuk mencoba masuk kelas Akselerasi  ini. Nah bila nanti dia tidak mampu menyelesaikan studinya, tidak masalah anak tersebut di kembalikan lagi pada kelas leguler. Hal ini telah dilakukan di salah satu pesantren di Jawa dan ternyata cukup berhasil," ujar Darlispon.  

Sejauh ini pada sekolah negeri di Batam, diakui Darlispon, belum menerapkan adanya kelas Akselerasi baru sebatas sekolah unggulan  dan Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) saja. Berbeda dengan sekolah swasta telah menerapkan sistem tersebut.

Hanya saja konsekwensinya,  kata Darlispon, pihak sekolah juga harus menempatkan tenaga pengajar yang benar-benar guru berkualitas. Serta siswa yang masuk ke kelas Akselerasi ini, minimal memiliki IQ 125 dan harus mengikuti beberapa tes akademi, dan ada persetujuan dari orang tua.  Namun untuk excellent class ini, tidak semua siswa bisa mengikutinya tentunya bagi  siswa yang punya kemampuan tertentu yang bisa masuk kelas ini.

UN Bukan Indikator Keberhasilan Pendidikan

Sementara Ketua Yayasa Pendidikan Al Kaffah, Said Indra,  mengisyaratkan agar pemerintah tidak menjadikan Ujian Nasional (UN) sebagai satu indikator menilai keberhasilan pendidikan suatu daerah, karena sejauh ini UN tersebut hanya menilai kemampuan intelektual saja, sebagian kecil dari aspek pendidikan. Karena ruang lingkup pendidikan itu sendiri sangat luas.

Indra menilai, sejauh ini pemerintah daerah selalu mengkait-kaitkan menjadikan UN ini sebagai satu indikator keberhasilan pendidikan. Padahal pendidikan secara keseluruhan meliputi empat aspek, yakni intelektual yang bisa diukur melalui UN, spiritual, emosional dan kinestetik atau jasmani.

Sejauh ini, ia melihat bila UN ini bisa mengukur satu aspek saja dalam pendidikan, yakni intelektual. Sedangkan indikator keberhasilan pendidikan lainnya tidak bisa dipantau melupakan aspek pendidikan lainnya. Padahal, kenyataannya hakekat pendidikan itu sangat luas, tidak hanya keberhasilan dan nilai tinggi ketika UN, namun yang paling  penting adalah perubahan perilaku dan emosional yang bagus dari peserta didik.

Ia meghimbau, agar pemerintah dan masyarakat juga bisa melihat bila proses pendidikan itu secara menyeluruh tidak hanya dari nilai UN saja. Sebaiknya ke depannya pemerintah perlu membuat terobosan-terobosan baru dalam meningkatkan mutu pendidikan. " Harus ada inovasi baru dalam mempola pendidikan ini, karena kalau bicara soal dana kita sudah lebih dari cukup. Hanya tinggal bagaimana saja  kita membuat inovasi baru dalam peningkatan mutu pendidikan di Batam ini," jelasnya.  (arment)


-------------------------------

Komentar


Prestasi Siswa Terus Ditingkatkan

Sebagai guru tentunya kami terus berusaha untuk meningkatkan mortivasi belajar dan prestasi siswa. Disamping itu juga pola kurikulum terus menerus disempurnakan dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini terbukti n kelas unggulan semua siswa menunjukan nilai semesteran yang cukup menggembirakan. Sama halnya kelas reguler hanya beberapa orang saja yang kurang. Namun bila hal ini terjadi, komunikasi dengan orang tua selalu kita lakukan .

Zuhernawati
Waka Kurikulum SMPN 4 Batam.

------------
Motivasi Selalu Ditanamkan

Supaya mutu pendidikan baik dan anak berprestasi, kami sebagai guru tak henti-hentinya untuk memotivasi siswa. disamping itu juga pola belajar lebih mengarah kepada IT dan Multi media, serta infocus. Hal ini supaya anak menerima pelajaran mudah dicerna dan tidak bosan . Begitupula pola kurikulum IPA disiati dengan mediasi alam terbuka.

Suwiati
Guru Fiqih MTsN Batam

------------

Selain KKM Ahlak Perlu Tanamkan

Pola belajar dianggap berhasil  selain memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM)/ tuntas belajar dan anak pintar, ahlak dan budi pekerti juga perlu ditanamkan. Artinya bila si anak memperoleh nilai kecil, dan prilakunya kurang baik, maka sebagai guru harus memberi kesempatan remidial dan merubah sikap anak didik lebih santun lagi. Kebetulan melihat hasil semesteran pelajaran dan akhlak anak didik di MTsN Batam ini cukup bagus, maka anak pun tidak jarang sekali yang ikut remidial atau pembinan akhlak..

Anedi, S.Ag
Guru Aqidah Ahlak   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar